Social Icons

Thursday 5 June 2014

Flashback: 5 Juni 1938 Hindia Belanda, Wakil Pertama Asia Di Piala Dunia


Sebelas orang pemuda yang mayoritas adalah pelajar berdiri tegap di tengah lapangan hijau. Di antara 11 pemuda tersebut, tersempil seorang pria berkaca mata dan berbadan relatif kecil. Mereka sebenarnya memiliki catatan yang tak bisa begitu saja dihilangkan dari sejarah sepakbola Indonesia, bahkan Asia sekalipun. Karena, kesebelas pria itu adalah orang-orang Asia pertama yang merasakan bagaimana mewakili negara mereka di ajang sepakbola paling ditunggu umat manusia saat ini, Piala Dunia.

Ya, hari ini 76 tahun silam, Frans Alfred Meeng memimpin rekan-rekannya mewakili Hindia Belanda (sekarang Indonesia) tampil di Piala Dunia Prancis 1938. Saat itu Piala Dunia masih menggunakan sistem gugur dan hanya menyertakan 16 negara sebagai kontestan.

Hindia Belanda yang kala itu dihuni pemain keturunan Belanda, etnis Maluku, Jawa, dan Tionghoa, dikomandoi oleh pelatih asal Belanda, Johannes Christoffel van Mastenbroek. Mereka menjadi wakil Asia pertama di Piala Dunia tanpa rencana, Hindia Belanda diundang dengan status pengganti Jepang yang tak bisa mengikuti babak kualifikasi karena masalah transportasi.

Usai mendapat jatah untuk tampil di babak kualifikasi, jalan ke putaran final terbuka begitu saja bagi Hindia Belanda. Amerika yang semestinya jadi lawan Hans Tahitu dan kawan-kawan malah mengundurkan diri. Hasilnya, satu tempat di putaran final diamankan Hindia Belanda secara cuma-cuma.

Takdir pun mempertemukan Hindia Belanda dengan Hongaria di Stadion Velodrome Municipal, Reims. Menurut berbagai sumber, sekitar 10.000 pasang mata hadir di perhelatan sepakbola termasyhur itu, termasuk para wartawan dari berbagai penjuru dunia yang melontarkan komentar lucu soal pasukan Hindia Belanda.

Hindia Belanda disebut sebagai kurcaci lantaran tubuh-tubuh mereka yang kalah besar dibandingkan Hongaria. Meski begitu, banyak yang menyebut bahwa Anwar Sutan cs memiliki giringan bola yang indah dan menyulitkan, tapi hal tersebut tidak diimbangi dengan pertahanan mereka yang bobrok.

Seperti dikira, baru 13 menit laga berjalan gawang Hindia Belanda yang dikawal Mo Heng Tan sudah harus kejebolan. Tendangan keras Vilmos Kohut tak kuasa dibendung Tan. Dua menit kemudian, Geza Toldi kembali menghajar pertahanan Hindia Belanda untuk membawa Hongaria unggul 2-0. Paruh pertama pun ditutup dengan skor 4-0 untuk Hongaria, di mana dua gol sisa dicetak oleh kapten Sarosi menit ke-28 dan Gyula Zsengeller pada menit 35'.

Babak kedua Hindia Belanda disebut tampil lebih baik, bahkan wartawan Belanda bernama CJ Goorhoff yang kala itu berada di sana mencatat, bahwa kapten Meeng punya giringan bola yang sangat-sangat baik, kendati dengan tampilan berkaca mata, Meeng disebut gelandang tengah yang brilian dan berani berduel.

Tertinggal empat gol Hindia Belanda tak kendur dan berani bermain terbuka, namun permainan Hongaria masih lebih baik dari mereka. Dua gol kembali bersarang di gawang Tan, Gyula Zsengeller membawa Hongaria unggul lima di menit ke-76, kemudian gol penutup dari Sarosi pada menit ke-89. Kalah dari Hongaria dengan skor 6-0 pun tercatat dalam sejarah wakil Asia pertama di Piala Dunia itu.

Kendati kalah telak, Hindia Belanda mendapatkan simpati tersendiri, mereka dianggap sopan dan memberikan penghormatan yang layak kepada penonton di Stadion Velodrome. Sayangnya, kala itu lagu 'Indonesia Raya' belum bisa berkumandang di Prancis. Hindia Belanda menyanyikan lagu kebangsaan 'Wilhelmus', yang tak lain merupakan lagu kebangsaan timnas Belanda. Hongaria sendiri akhirnya menjadi runner-up di edisi ketiga Piala Dunia tersebut, dan Italia mencatatkan sejarah dengan meraih dua gelar di dua edisi secara beruntun, 1934 dan 1938.


SUMBER : INI

No comments:

Post a Comment

 

Link

Amikom

Translate

 
Blogger Templates